Sabtu, 25 Februari 2012

kalimat tunggal dan unsurnya

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Satu klausa tersebut ditandai oleh satu pola S (Subjek) dan satu P (Predikat). Adapun O (Objek), Pel (Pelengkap), dan K (Keterangan) keberadaannya bisa ada atau tidak ada.
Berdasarkan keberadaan P-nya, kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu :
A. Kalimat Nominal,
B. Kalimat Verbal,
C. Kalimat Ajektival,
D. Kalimat Numeral,
E. Kalimat Preposisional,
F. Kalimat Masdar.

A. Kalimat Nominal
Kalimat Nominal adalah kalimat yang P-nya berupa kata benda.
Misalnya :
a. Ayahnya sopir di kampungnya.
b. Ibunya guru di SMA 16.
c. Kakaknya pedagang asongan.
d. Adiknya pemain bola.
Kata-kata : sopir, guru, pedagang asongan, dan pemain bola adalah kata benda. Kalimat-kalimat tersebut sudah memenuhi syarat sebagai kalimat baku karena minimal sudah memiliki SP. Kalimat-kalimat di atas sering disisipi ‘adalah atau ialah’ sebagai kopula untuk memperjelas kedudukannya sebagai P untuk kata sesudahnya.

B. Kalimat Verbal
Kalimat Verbal adalah kalimat yang P-nya berupa kata kerja. Kalimat verbal dapat digolongkan lagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Kalimat Taktransitif
Kalimat ini hanya berpola SP, tanpa diikuti unsur O, maupun Pel, namun bisa ditambahkan K.
Contoh :
(1) Ia tidur di kantin.
(2) Mereka pergi ke Makasar.
(3) Anisa menangis kemarin.
(4) Imam makan.
b. Kalimat Ekatransitif
Kalimat ini berpola SPO, tanpa diikuti Pel, namun bisa ditambahkan K
Contoh :
(1) Romy menarik paku dari ban motornya.
(2) Erwin memotong kabel listrik kemarin.
(3) Joni menangisi kepergian adiknya.
(4) Mereka menulis surat protes kepada panita.
c. Kalimat Dwitransitif
Kalimat ini berpola SPOPel, namun bisa ditambahkan K
Contoh :
(1) Ayah membelikan adik baju baru kemarin.
(2) Dia menjuluki pacarnya “Kucing Garong”.
(3) Mereka mengijinkan kami buka suara.
(4) Kami menyatakan hal itu salah alamat.
d. Kalimat Semitransitif
Kalimat ini berpola SPPel, tanpa O, boleh ditambahkan K.
Contoh :
(1) Anak itu bermain bola.
(2) Mereka berjualan koran di perempatan jalan.
(3) Kakek kejatuhan kelapa di kebun.
(4) Keputusan itu berdasarkan musyawarah.
(5) Hal itu merupakan konsekwensi kita.
(6) Sekarang ia menjadi bupati.

C. Kalimat Ajektival
Kalimat ajektival adalah kalimat yang P-nya berupa kata sifat.
Contoh :
(1) Adiknya cantik.
(2) Ibunya guru itu sangat ramah.
(3) Rumahnya megah sekali.
(4) Kakahnya sombong.
Kata-kata : cantik, sangat ramah, megah sekali, dan sombong adalah kata sifat. Kalimat-kalimat tersebut juga sudah memenuhi syarat sebagai kalimat baku karena minimal sudah memiliki SP.

D. Kalimat Numeral
Kalimat Numeral adalah kalimat yang P-nya berupa kata bilangan.
Misalnya :
(1) Mobilnya dua.
(2) Yang hadir enam belas orang.
(3) Kerbaunya tujuh ekor.
(4) Temannya tiga puluh anak per kelas.
Kata-kata : dua, enam belas orang, tujuh ekor, dan tiga puluh anak per kelas adalah kata bilangan. Karena itulah kalimat-kalimat tersebut dinamakan kalimat numeralia.

E. Kalimat Preposisional
Kalimat Preposisional adalah kalimat yang P-nya berupa kata depan.
Contoh :
(1) Ayahnya dari Jakarta.
(2) Ibunya di SMA 16.
(3) Kakaknya ke stasiun kota.
(4) Adiknya di lapangan bola.
Kata-kata : dari Jakarta, di SMA 16, ke stasiun kota, dan di lapangan bola adalah kata-kata yang berkata depan atau berpreposisi.

F. Kalimat Masdar
Pola kalimat sederhana bahasa Indonesia asli S-nya berupa kata benda, sementara P-nya boleh berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, maupun kata bilangan.
Namun demikian, dalam perkembangannya bahasa Indonesia tidak dapat menghindari pengaruh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris termasuk pula dalam ragam kalimatnya.
Dalam bahasa Inggris dikenal gerund, yaitu kalimat yang subjeknya kata kerja.
Contoh :
(1) Fishing is my hobby.
(2) Writing is very difficult for me.

Berdasarkan hal tersebut, dalam bahasa Indonesia dikenal kalimat masdar, yaitu kalimat yang S-nya berupa kata kerja yang dianggap benda.
(1) Memancing adalah hobi saya.
(2) Menulis memang sulit.
(3) Menonton bola mengasyikkan.
(4) Berlari paling saya sukai.
Kata-kata : memancing, menulis, menonton bola, dan berlari adalah kata-kata kerja yang dianggap sebagai kata benda yaitu aktivitasnya.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan ujaran yang bermakna lengkap. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru, sedangkan dalam bahasa lisan berupa intonasi berhenti.
Unsur-unsur kalimat dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia_baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1.Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahuan subjek dalam keadaan bagaimana atau sedang melakukan apa. SeIain menyatakan tindakan atau perbuata subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
(1) Ayah sedang tidur siang.
(2) Putrinya cantik jelita.
(3) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(4) Kucingku belang tiga.
(5) Robby mahasiswa baru.
(6) Ibunya penjual gado-gado.
(7) Mobilnya dua.
(8) Paman ke Jakarta.
Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat (1)—(8) adalah P.

Kalimat-kalimat di bawah ini bukan kalimat yang benar karena tidak memiliki P yang jelas.
(9) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(10) Kantor kami yang terletak di depan hotel.
(11) Jakrta yang terkenal sebagai kota metropolitan.
(12) Ina yang cantik itu.
(13) Paman yang ke Jakarta.
Karena belum mempunyai P yang jelas, rangkaian kata-kata yang cukup panjang di atas belum merupakan kalimat, melainkan masih merupakan frase (kelompok kata).

2. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek biasanya berupa kata/frase benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Contoh :
(14) Meja Kepala Sekolah besar sekali.
(15) Ayahku sedang melukis.
(16) Yang berbaju biru paman saya
(17) Berjalan kaki menyehatkan badan
(18) Membangun jalan layang sangat mahal
(19) Kursi itu mahal.
(20) Rumahnya sangat besar.
(21) Motornya dua belas.

Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat (14) - (21) adalah S. S dapat berupa frase benda atau frase verba.
(22) Bagi siswa sekolah dilarang masuk
(23) Bagi yang belum membayar SPP dilarang ikut ujian.
(24) Di sini melayani resep obat generik.
(25) Memandikan adik di pagi hari.
(26) Demi cintaku padanya.
(27) Karena sakit keras.
(28) Untuk pembangunan memerlukan bbiaya banyak.
Contoh (22)-(28) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S yang jelas.

3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif. yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh di bawah ini.
a. Ina merancang gaun pesta.
b. Paman menggali sumur.
c. Juru masak menggoreng mie telor.
d. Ayah mencukur jenggotnya.
e. Tomas melompati pagar.
f. Kucingnya menerkam burung gereja.
Jika P diisi oleh verba intransitif. O tidak diperlukan. Dalam hal ini O tidak wajib hadir. Verba intransitif di bawah ini yang menjadi P dalam contoh tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Ncnck mandi.
b. Ayah tidur.
c. Tamunya pulang.
d. Adik makan.
e. Kucingnya mati.


4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh perbedaannya di bawah ini.

a. Adik memainkan bola. (S P O)
Adik bermain bola. (S P Pel)
b. Ibu menjual gado-gado. (S P O)
Ibu berjualan gado-gado. (S P Pel)
c. Anton menghilangkan HP-nya. (S P O)
Anton kehilangan HP-nya. (S P Pel)

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa bila P verba berawalam {meN-}, maka diikuti O. Namun, bila P verbanya berawalan {ber-} atau {ke-} termasuk juga {ter-} makan diikuti Pel.
Namun demikian, tidak semua kalimat yang P-nya berawalan {meN-} selalu diikuti O. Contoh :

a. Wajahnya menyerupai Habibie. (S P Pel)
b. Idenya merupakan semangat antiperubahan. (S P Pel)

Dalam suatu kalimat, O dan Pel dapat muncul bersama-sama. Letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. WS Rendra membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.Ibu mendongengkan adik Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Ayahku mengirimi kakek kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang S, P, O, dan Pel. Posisinya dapat di awal, di tengah, atau di akhir kaimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, ada 9 macam keterangan, yaitu :
a. Keterangan tempat,
Contoh :
(1) Ayah bekerja di kantor pos.
(2) Paman pergi ke Makasar.
(3) Iman Supandi dari Sumedang.
b. Keterangan waktu,
(1) Sekarang kita ke kantor guru.
(2) Ketika hujan deras, saya di stasiun Gambir.
(3) Sepulang dari sekolah, ia selalu ke bengkel ayahnya.
(4) Sebelum berangkat, mereka bersarapan pagi.
(5) Sepanjang tahun ini, dia dilarang ke luar rumah.
c. Keterangan alat,
(1) Ia memukul ular itu dengan kayu.
(2) Dengan api, kita menguji keaslian logam ini.
d. Keterangan tujuan,
(1) Demi cintanya, dia rela berkorban segalanya.
(2) Supaya naik kelas, kita harus rajin belajar.
(3) Bagi orang tuanya, masalah itu harus dilupakan.
e. Keterangan cara,
(1) Dengan jalan kaki, dia pergi ke sekolah.
(2) Secara berhati-hati, polisi membuka pintu rumahku.
f. Keterangan penyerta,
(1) Dengan adiknya, dia pergi ke Jakarta.
(2) Bersama orang tuanya, Imam melamar kekasihnya.
g. Keterangan similatif,
(1) Bagai tersambar petir, dia menerima berita itu.
(2) Seperti anjing dan kucing saja, jalinan persahabatan mereka.
h. Keterangan sebab,
(1) Ia tidak masuk sekolah, karena sakit.
(2) Dia tidak takut, sebab ayahnya pejabat.
i. Keterangan resiprokal (kesalingan)
(1) Ia dan kekasihnya mencintai satu dengan lainnya.
(2) Ali dan Amir memukul satu sama lainnya



Wacana adalah kosa kata formal yang artinya berkaitan dengan komunikasi verbal atau ekspresi verbal seperti pembicaraan, usul, diskusi, rapat atau sekedar percakapan biasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), wacana juga bisa berarti satuan bahasa terlengkap yg direalisasikan dl bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah.
Wacana bisa memberikan makna yang berbeda tergantung pada konteks yang dibicarakan sperti contoh-contoh berikut ini:
Jakarta (ANTARA News) – Wacana pemindahan ibukota negara ke kawasan khusus yang berada di luar DKI Jakarta kembali mencuat, menyusul bencana banjir yang melanda Jakarta pada 1 Februari.
wacana: pembicaraan tentang; diskusi tentang; hal-hal yang sehubungan dengan
TEMPO Interaktif, Jakarta: Wacana Internet murah yang digulirkan Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh akan dibahas dalam Konferensi Teknologi dan Informatika di Jakarta pada 21 Mei mendatang.
wacana: usul atau ide yangdilontarkan secara verbal
Kompas.Com – Penyelesaian.kasus.soeharto.jangan.cuma.wacana
Hanya sebatas wacana dan tidak ada yang dilakukan. Padahal negara ini katanya berdasarkan hukum dan pers selama ini sudah sering kali membahas tentang itu,” …

wacana: omong-omong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar